•
Studi mengenai polen dan spora tumbuh-tumbuhan, di dalamnya
terdapat juga acritrarchs dan dinoflagellates
•
Fide dan Williams (1944); berasal dari
perkataan palynos yang artinya debu
•
Erdtman (1966); merupakan studi morfologi
butir polen dan spora tetapi tidak
meliputi bagian dalamnya.
MORFOLOGI UMUM POLEN
2. Bentuk
Erdtman (1966),pengelompokan bentuk polen bedasakan
perbandingan antara sumbu polar (P) dengan sumbu equatorial (E)
3. Polarity
•
Bentuk polen dan lokasi apertur berhubungan
dengan polaritas
•
Polen isopolar kutub distal dan proksimalnya
identik
•
Polen heteropolar distal dan roksimal tidak identik
4. Aperture
Area pada dinding polen yang sangat berbeda
kenampakannya, berfungsi sebagai tempat germinasi (pengeluaran cairan
sitoplasma pada saat pembuahan.(Hesse, et al, 2009)
Thanikhaimoni (dalam Blackmore dan Ferguson, 1986):secara
morfologis aperture adalah daerah eksin yang terbuka dan tipis, merupakan zona
germinasi, bisa juga organ yang mengatur
mekanisme perubahan volume cair an sel
Butir polen tanpa apertur disebut inaperturate
Butir polen dengan apertur budar berada di bidang
ekuatorial disebut porus, tetapi jika berada dibagian distal dsebut ulcus
Butir polen dengan apertur memanjang, berada dibidang
ekuatorial diebut colpus, tapi jika berada di bagian distal disebut sulcus
Jika dalam satu butir polen terdapat kombinasi antara
colpus dan porus disebut colporus
Ruga, merupakan apertur , berupa celah atau kerutan yang
memanjang
. Sulkus/sulcus, berupa kerutan atau celah yang
menanjang, tegak lurus terhadap sumbu yang membujur, , terdapat di zona polar
contoh: PALMAE
Jumlah dan letak apertur Webb &Moore (1978)
Variasi daerah sekitar aperture
•
Costa
(A), penebalan disekitar neksin
pada endoapertur
•
Vestibulum (B), antar seksin dan neksin terpisah disekitar
apertur yang berupa porus
•
Annulus (C), penebalan seksin pada ektoporus
•
Operculum (D), di bagian tengah apertur
terdapat membran tipis eksin
•
Costae (E), penebalan yang terjadi disekitar
neksin
•
Margo (F),
penebalan disekitar colpus
6. Sclupture/Ornamentation
Dinding luar polen
(eksin), terdiri dari dua lapisan, yakni lapisan luar disebut ekteksin dan
lapisan dalam disebut endeksin. Dinding polen (eksin) yang tersimpan menjadi
fosil. Di bagian luar lapisan eksin tersebut terdapat hiasan (ornamentation/sclupture)
yang penting untuk diskripsi polen.
Ornamentasi polen
menurut (Moore dan Webb, 1978)
•
Psilate :
bila permukaan polen halus
•
Verrucate :
bila polen atau spora mempunyai tonjolan seperti kutil,
biasanya
tonjolan
•
lebarnya lebih besar dari tingginya
•
Echinate :
bila ornamentasinya menyerupai duri
•
Striate :
bila ornamentasinya memanjang dengan pola paralel
•
Reticulate :
polen atau spora memiliki pola ornamentasi seperti jaring-
•
jaring
•
Rugulate :
apabila elemen ornamentasinya memanjang kesamping
dan tidak teratur
•
Clavate :
tonjolan ornamentasinya melebar dibangian pangkal
•
Perforate :
ornamentasinya berupa lubang-lubang dengan diameter
kurang dari satu
•
mikrometer
•
Gemmete :
ornamentasinya baik lebar maupun tinggi tonjolannya
sama ukurannya
dan mengkerut pada bagian dasarnya
•
Scabrate :
memiliki proyeksi elemen dengan diameter lebih dari satu
micrometer dan
menyerupai granula sehingga disebut juga
granulate
Morfologi spora
- Laesura
Tapak atau
bekas kontak spora dengan spora yang bersebelahan
Leasura :
trilate membentuk tanda Y
Monolate hanya satu
Alete tanpa leasure
Kode Spora
Pertama S: Symbol
spore
Kedua
Symbol Laesura
c
utk trilate
b
utk dilate, tetapi sangat jarang
a
utk monolate
0
tanpa laesura/alate
Ketiga utk hal spesifik
S00 :
Sa0 :
Mangrove
Tomlinson (1986) & Wightman (1989)
Sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut
Saenger dkk (1983) mendefinisikan mangrove sebagai
sebagai
formasi tumbuhan daerah litoral khususnya di pantai wilayah
tropis dan sub tropis
Soerianegara (1987) memberi batasan kepada mangrove
sebagai hutan
yang tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai
dan muara sungai
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, terdiri dari genus:
Avicennia,
Sonneratia, Rhizophora, Ceriops, Lumnitzera, Exoecaria, Xylocarpus, Aegiceras,
Scyphyphora dan Nypa
Preparasi
Fungsi: melepaskan polen dari material lainnya
- Preparasi
untuk membuat koleksi referesi
dari bunga atau kantong spora
2. Preparasi
untuk meneliti yang terdapat dalam sedimen (memisahkan palinospore dari
karbonat,silika dan organik material lainnya) sehingga dapat diidentifikasi
Lingkungan pengendapan
•
Haseldonckx (1974) dan Morley (1977)
mengelompokan lingkungan pengendapan polen/spora berdasarkan habitatnya dengan
taksa penciri sbb:
•
Mangrove Merupakan hutan pantai di daerah
delta yang sering digenangi air payau, taksa penciri mangrove adalah Rhizophora,
Sonneratia dan Avicennia.
•
Back Mangrove: daerah belakang sabuk
mengrove, daerah peralihan antara mangrove dengan rawa air tawar. Taksa
pencirinya adalah Brownlowia, Nypa, Canthium, Acrostichum dan Oncosperma
•
Peat swamp/Alluvial swamp:daerah yang selalu
basah dengan pengaruh laut.Taksa penciri dari lingkungan ini adalah Durio,
Sapotaceae,Chepalomappa Shorea,
Calophyllum,. Pada alluvial swamp lebih banyak Pteridophyta.
•
Riparian:daerah disekitar pinggir sungai.
Taksa penciri lingkungan ini adalah (Baringtonia racemosa), Marginipollis
concinus.
Ilexpollenites, Striaticolpites
catatumbus dan Myrtacidites
•
Rawa Air Tawar
:Lingkungan berupa genangan air tawar, kaya mineral dengan Ph 6 atau lebih,
permukaan air selalu naik turun dan pengeringan sering terjadi Air genangan
dapat berasal dari air hujan atau limpahan sungai akibat pasang naik air laut.
Jenis taksa yang umum ditemui adalah Podocarpaceae, Elaeocarpus, Sallaca
dan Nenga
Alur analisis polen
1. Diskripsi identifikasi
2. Tabulasi data pertaksa
3. Perhitungan/kuantifikasi (minimum dalam bentuk persen)
4. Mengelompokan taksa berdasarkan kesamaan lingkungan
5. Perhatikan marker umur jika ada
6. Membuat diagram
Aplikasi palinology di bidang geology
1. Biostratigrafi/palinostratigrafi (umur –lingkungan)
2. Paleoklimat
3. Tingkat kematangan minyak/maturation
4. Paleoenvironment (sejarah perubahan iklim purba)
5. Sea level changes
6. Perubahan garis pantai